Sabtu, 30 September 2017

Samudera Pengharapan

Samudera  Pengharapan





Hai hati !!!
Mengapa engkau selalu berbisik menyebut namanya seakan ialah yang akan mennjadi takdir dari ujung penantian ini. Kau buat skenario yang alurnya sangat jernih nan indah tak kasat mata seakan tidak ada kejanggalan dalam pengharapan ini. Jangan kau buat ku terlalu berharap dan akhirnya jatuh tenggelam dalam samudera pengharapan itu sendiri, jatuh sedalam-dalamnya sehingga tak tahu lagi harus sedalam apa agar dapat menggapai harapan yang telah terhempas jauh ke dasar samudera impian yang semu tak bertuah ini.

Hai hati !!!
Aku tak tahu seberapa seberapa besar harapan yang  telah kau torehkan kepadaku, aku tak tahu telah seberapa dalam kau gali pengharapan ini, dan aku pun tak tahu sudah seberapa rusak imanku pada tuhanku. Aku bingung, lelah selalu menari-nari dan berangan-angan tinggi seakan yakin akan ada ujung dalam penantian harapan ini, seakan yakin bahwa akan adanya seorang yang berdiri di ujung senja menggenggam sang hati ini.

Wahai hati yang terletak di dalam ujung sanubari diri !!!
Aku tahu, ia tak pernah tahu aku mengharapkannya. Aku tahu sang hati inilah yang terlalu mengharapkannya... BODOH,, itulah diriku yang terlalu menginginkan dirinya dan mendambanya, hingga lupa siapa yang sebenarnya harus di harapkan, seseorang yang harus di datangi, di agungankan dan di jadikan satu-satunya sandaran dalam keterjatuhan iman hingga  saat nya akupun bisa meraihmu. Tapi, hati ini sungguh terlena dengan parasmu, ketegasanmu, dan kemandirianmu. Hati ini telah lupa diri siapa sebenarnya dirinya , dan hati ini telah lalai harus kepada siapa ia melabuhkan pengharapan cintanya. Tanpa di sadari di suatu tempat ada yang cemburu akan hal ini, Seseorang yang tak pernah ikhlas jika rasa di hati harus di bagi-bagi kepada yang belum tentu akan sejalan.

Wahai sang pemilik hati !!!
Ku AZZAM kan untuk  menggenggammu  menjadi satu-satunya tempat pengharapan hati ini, ku ikhlaskan perasaanku hanya untuk mu, ku ikhtiarkan pengharapanku hanya padamu, dan ku jadikan penantian cintaku untuk menggapai ridho mu. mencoba merayumu di sepertiga malam ku berangan bahwa kaulah yang akan mengantarku dalam ketaatan. Yakin dan percaya dengan cara inilah kau akan mengizinkanku padanya, mengizinkan hatiku bersandar ke padanya. Namun jika memang pengharapan ku ini akan berujung dengan ke sia-sia an maka aku mohon ikhlaskan lah hatiku menerimanya dan jauhkanlah fikiranku tentang dirinya.


Wahai sang pujaan hati !!!
Kau !! orang yang dulu  ku harapkan, sekarang kau bukan lagi menjadi penantian berlabuh cintaku, kau bukan lagi menjadi pengharapan dan prioritas hatiku namun kau akan menjadi satu-satunya orang yang dulu pernah singgah di dalam kebodohanku . Namun jauh di dalam lubuk hati ini aku masih sedikit mengharapkanmu menjadi satu-satunya perhentian terakhirku, biarlah sang waktu yang menjawab pertanyaan menggelisahkan ini. Mulai sekarang menyelipkan sebagian kecil namamu dan menjauhkan segala fikiranku tentang mu adalah cara ku untuk mencoba menggapaimu. Aku sekarang tak bisa lagi mengharapkan mu menungguku dalam perbaikan diri ini, namun ku harap kau tahu maksudku.

Wahai diri yang terlena ini !!!
Bodoh !!! memang aku bodoh menulis sebuah ungkapan dari rasa hati ku padamu, sedangkan kau !!!, bahkan tak tahu dan mungkin tak pernah berharap ku inginkan dan ku harapkan ( miriss ). Namun aku harus bagaiman lagi??? Aku pun bingung dalam harapan semu ini, dadaku sesak tertekan jika memikirkan harapan tak bertuah ini. Aku tidak ingin terlalu banyak berfikir lagi tentangmu, namun ku yakin suatu saat kau dan aku akan menjadi seorang Ali dan Fatimah. Meskipun hanya aku seorang diri yang mengharapkamu, meskipun aku harus menjadi Fatimah seorang diri dan kau belum tentu menjadi Ali dalam kisahku. Ataupun kau dan aku bisa menjadi seperti zulaikha dan yusuf,zulaikha yang terlalu mengharapkan yusuf sehingga akhirnya Allah jauhkan yusuf padanya, namun saat zulaikha mendekati Allah akhirnya Allah satukan Yusuf padanya.

Aku tahu, seharusnya aku sadar diri terlebih dulu. Sudah seberapa baik aku untukmu, sudah seberapa sholeh aku bagimu, sudah seberapa tinggi tingkatan imanku pada tuhanku, dan sudah sebesar apa cintaku pada pemilik hati ku, namun yang ku yakinkan walaupun kita berbeda bagai bulan dan bintang jika tuhan bertindak tak ada yang tak mungkin hanya ialah sang penggengam hati dan hanya ialah yang berhak menentukan arus takdir. Azzam wa ikhtiar dan memperbaiki diri dalam menapaki jalan yang begitu berliku hingga nantinya sampai di suatu tempat perhentian terakhir dimana seberkas cahaya iman akan menyatu. Aku tak ingin lagi jatuh dan tersesaat dalam cinta dunia yang begitu membutakan mata hatiku.

Aku sadar, tugasku sekarang tidak hanya memikirkan hal ini saja namun masih banyak lagi yang harus ku fikirkan untuk menuju tempat yang abadi dan kekal di mana tidak satupun permintaan yang di tolak, ialah surga Allah. Kau mungkin tahu maksudku. Aku ingin jika kita tak bersatu di dunia setidaknya ada surga yang menjadi tempat bersatu nanti.

ANA UHIBBUKA FILLAH




izzah