Samudera Pengharapan
Hai hati !!!
Mengapa engkau selalu berbisik menyebut namanya
seakan ialah yang akan mennjadi takdir dari ujung penantian ini. Kau buat
skenario yang alurnya sangat jernih nan indah tak kasat mata seakan tidak ada
kejanggalan dalam pengharapan ini. Jangan kau buat ku terlalu berharap dan
akhirnya jatuh tenggelam dalam samudera pengharapan itu sendiri, jatuh
sedalam-dalamnya sehingga tak tahu lagi harus sedalam apa agar dapat menggapai
harapan yang telah terhempas jauh ke dasar samudera impian yang semu tak
bertuah ini.
Hai hati !!!
Aku tak tahu seberapa seberapa besar harapan
yang telah kau torehkan kepadaku, aku
tak tahu telah seberapa dalam kau gali pengharapan ini, dan aku pun tak tahu
sudah seberapa rusak imanku pada tuhanku. Aku bingung, lelah selalu menari-nari
dan berangan-angan tinggi seakan yakin akan ada ujung dalam penantian harapan
ini, seakan yakin bahwa akan adanya seorang yang berdiri di ujung senja
menggenggam sang hati ini.
Wahai hati yang terletak di dalam
ujung sanubari diri !!!
Aku tahu, ia tak pernah tahu aku mengharapkannya.
Aku tahu sang hati inilah yang terlalu mengharapkannya... BODOH,, itulah diriku
yang terlalu menginginkan dirinya dan mendambanya, hingga lupa siapa yang sebenarnya
harus di harapkan, seseorang yang harus di datangi, di agungankan dan di
jadikan satu-satunya sandaran dalam keterjatuhan iman hingga saat nya akupun bisa meraihmu. Tapi, hati ini
sungguh terlena dengan parasmu, ketegasanmu, dan kemandirianmu. Hati ini telah
lupa diri siapa sebenarnya dirinya , dan hati ini telah lalai harus kepada
siapa ia melabuhkan pengharapan cintanya. Tanpa di sadari di suatu tempat ada
yang cemburu akan hal ini, Seseorang yang tak pernah ikhlas jika rasa di hati
harus di bagi-bagi kepada yang belum tentu akan sejalan.
Wahai sang pemilik hati !!!
Ku AZZAM kan untuk
menggenggammu menjadi
satu-satunya tempat pengharapan hati ini, ku ikhlaskan perasaanku hanya untuk
mu, ku ikhtiarkan pengharapanku hanya padamu, dan ku jadikan penantian cintaku
untuk menggapai ridho mu. mencoba merayumu di sepertiga malam ku berangan bahwa
kaulah yang akan mengantarku dalam ketaatan. Yakin dan percaya dengan cara
inilah kau akan mengizinkanku padanya, mengizinkan hatiku bersandar ke padanya.
Namun jika memang pengharapan ku ini akan berujung dengan ke sia-sia an maka
aku mohon ikhlaskan lah hatiku menerimanya dan jauhkanlah fikiranku tentang
dirinya.
Wahai sang pujaan hati !!!
Kau !! orang yang dulu ku harapkan, sekarang kau bukan lagi menjadi
penantian berlabuh cintaku, kau bukan lagi menjadi pengharapan dan prioritas
hatiku namun kau akan menjadi satu-satunya orang yang dulu pernah singgah di
dalam kebodohanku . Namun jauh di dalam lubuk hati ini aku masih sedikit mengharapkanmu
menjadi satu-satunya perhentian terakhirku, biarlah sang waktu yang menjawab
pertanyaan menggelisahkan ini. Mulai sekarang menyelipkan sebagian kecil namamu
dan menjauhkan segala fikiranku tentang mu adalah cara ku untuk mencoba
menggapaimu. Aku sekarang tak bisa lagi mengharapkan mu menungguku dalam
perbaikan diri ini, namun ku harap kau tahu maksudku.
Wahai diri yang terlena ini !!!
Bodoh !!! memang aku bodoh menulis sebuah ungkapan
dari rasa hati ku padamu, sedangkan kau !!!, bahkan tak tahu dan mungkin tak pernah
berharap ku inginkan dan ku harapkan ( miriss ). Namun aku harus bagaiman
lagi??? Aku pun bingung dalam harapan semu ini, dadaku sesak tertekan jika
memikirkan harapan tak bertuah ini. Aku tidak ingin terlalu banyak berfikir
lagi tentangmu, namun ku yakin suatu saat kau dan aku akan menjadi seorang Ali
dan Fatimah. Meskipun hanya aku seorang diri yang mengharapkamu, meskipun aku
harus menjadi Fatimah seorang diri dan kau belum tentu menjadi Ali dalam
kisahku. Ataupun kau dan aku bisa menjadi seperti zulaikha dan yusuf,zulaikha
yang terlalu mengharapkan yusuf sehingga akhirnya Allah jauhkan yusuf padanya,
namun saat zulaikha mendekati Allah akhirnya Allah satukan Yusuf padanya.
Aku tahu, seharusnya aku sadar diri terlebih dulu.
Sudah seberapa baik aku untukmu, sudah seberapa sholeh aku bagimu, sudah
seberapa tinggi tingkatan imanku pada tuhanku, dan sudah sebesar apa cintaku
pada pemilik hati ku, namun yang ku yakinkan walaupun kita berbeda bagai bulan
dan bintang jika tuhan bertindak tak ada yang tak mungkin hanya ialah sang
penggengam hati dan hanya ialah yang berhak menentukan arus takdir. Azzam wa
ikhtiar dan memperbaiki diri dalam menapaki jalan yang begitu berliku hingga
nantinya sampai di suatu tempat perhentian terakhir dimana seberkas cahaya iman
akan menyatu. Aku tak ingin lagi jatuh dan tersesaat dalam cinta dunia yang
begitu membutakan mata hatiku.
Aku sadar, tugasku sekarang tidak hanya memikirkan
hal ini saja namun masih banyak lagi yang harus ku fikirkan untuk menuju tempat
yang abadi dan kekal di mana tidak satupun permintaan yang di tolak, ialah surga
Allah. Kau mungkin tahu maksudku. Aku ingin jika kita tak bersatu di dunia
setidaknya ada surga yang menjadi tempat bersatu nanti.
ANA UHIBBUKA FILLAH
izzah